Perenungan Pribadi Slamet Priyanto
Perenungan Pribadi:
Tuhan itu sedekat udara yang menyelimuti kita. Kalau kita merasa jauh dari Tuhan, bukannya Tuhan itu jauh, tapi kitalah yang menjauh. Tuhan itu selalu mendengarkan dan menjawab setiap doa kita. Kalau kita merasa Tuhan tak pernah menjawab doa kita, sebenarnya kitalah yang sedang menutup mata, telinga bahkan perasaan kita untuk DIA menjawab setiap doa-doa kita.
Kebanyakan orang termasuk saya, di saat susah ingat Tuhan, hari-harinya penuh dengan doa, khusuk, rasanya dekat dengan Tuhan, dalam perkumpulan-perkumpulan yang dibicarakan Tuhan melulu. Tetapi ketika senang, bahagia, banyak rejeki, lupa Tuhan, sombong bahwa semua keberhasilan, rejeki, kebahagiaan ini karena prestasi 'saya', dalam pertemuan-pertemuan yang ditonjolkan tentu bukan Tuhan tapi 'dada ini', 'si aku'lah pusat segalanya: kekuatanku, prestasiku, karena aku, dst.
Kalau kita mengakui bahwa Tuhan itu sedekat udara di sekitar kita, Tuhan itu sejauh lutut kita dengan lantai saat kita bertelut, mestinya di saat susah maupun senang yang kita cari ya yang Tuhan maui. Dalam buku tulisan Rick Warren 'The Purpose of Driven Life' bahwa yang Tuhan maui di dalam hidup kita adalah 'kita menyenangkan DIA, atau kita menjadi kesenangan DIA'. Itulah cara kita 'menghargai Tuhan'.
Saya ingat Sabda Tuhan Yesus Kristus di kitab Yakobus 5:13 (TB): "Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!" (JAWA94): "Yèn kancamu ana sing susah, dongakna! Yèn ana sing seneng atiné, padha menyanyia."
DOA: "BAPA Sorgawi, kami bersyukur di dalam hari-hari yang kami lalui ada susah dan senang silih berganti, seperti silih bergantinya siang dan malam. Kiranya hidup kami makin menjadikan Tuhan dan sesama 'disenangkan', amin".
Selamat menyongsong hari ini dengan penuh rasa syukur karena penyertaan Tuhan sejauh udara yang melingkupi kita, Jesus Christ bless you (sp).
"Sedekat Udara"
Kebanyakan orang termasuk saya, di saat susah ingat Tuhan, hari-harinya penuh dengan doa, khusuk, rasanya dekat dengan Tuhan, dalam perkumpulan-perkumpulan yang dibicarakan Tuhan melulu. Tetapi ketika senang, bahagia, banyak rejeki, lupa Tuhan, sombong bahwa semua keberhasilan, rejeki, kebahagiaan ini karena prestasi 'saya', dalam pertemuan-pertemuan yang ditonjolkan tentu bukan Tuhan tapi 'dada ini', 'si aku'lah pusat segalanya: kekuatanku, prestasiku, karena aku, dst.
Kalau kita mengakui bahwa Tuhan itu sedekat udara di sekitar kita, Tuhan itu sejauh lutut kita dengan lantai saat kita bertelut, mestinya di saat susah maupun senang yang kita cari ya yang Tuhan maui. Dalam buku tulisan Rick Warren 'The Purpose of Driven Life' bahwa yang Tuhan maui di dalam hidup kita adalah 'kita menyenangkan DIA, atau kita menjadi kesenangan DIA'. Itulah cara kita 'menghargai Tuhan'.
Saya ingat Sabda Tuhan Yesus Kristus di kitab Yakobus 5:13 (TB): "Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!" (JAWA94): "Yèn kancamu ana sing susah, dongakna! Yèn ana sing seneng atiné, padha menyanyia."
DOA: "BAPA Sorgawi, kami bersyukur di dalam hari-hari yang kami lalui ada susah dan senang silih berganti, seperti silih bergantinya siang dan malam. Kiranya hidup kami makin menjadikan Tuhan dan sesama 'disenangkan', amin".
Selamat menyongsong hari ini dengan penuh rasa syukur karena penyertaan Tuhan sejauh udara yang melingkupi kita, Jesus Christ bless you (sp).
Komentar
Posting Komentar