Kiriman dari Sahabat Terang Bagi Kota: Rudy Martono Sh
Renungan pagi.... Kalau ada keramik indah memukau, pasti orang yg melihat berdecak kagum lalu bertanya, siapa gerangan sang seniman perancang dan pembuatnya? Lalu kalau sang seniman ada di situ, pasti orang itu akan langsung menyampaikan apresiasi atau memuji kehebatan sang artis. Sementara si keramik, ya tetap saja hanya keramik: tanah liat yg dibentuk sedemikian rupa, dilukis, diwarnai serta dibakar hingga menjadi barang seni yg bernilai tinggi. Manusia juga hanya tanah liat yg dibentuk, diberi nafas hidup, serta dipelihara, dicintai, diampuni, diperlengkapi dengan akal budi serta dikaruniakan bakat dan kemampuan, bahkan diberi hikmat untuk memilah-milah dan memutuskan mana yang baik serta indah... Ketika manusia berprestasi dan melakukan hal-hal yg bernilai serta indah mengagumkan, bukankah seharusnya apresiasi dan pujian tidak terhenti hanya sampai pada tanah liat yg diberi nafas hidup dan kemampuan serta dipanggil manusia? Seharusnya apresiasi dan pujian ditujukan kepada Al