Kiriman dari Sahabat Terang Bagi Kota: Sisca Tesalonika
SEBENTAR LAGI YA TUHAN
Amsal 24:33
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"
Sebelum maraknya telepon genggam, sarana komunikasi adalah telepon rumah. Seseorang hanya bisa dihubungi selama ia berada di rumah. Jika ia pergi ada mesin penjawab otomatis yang mengatakan: “Maaf, saya tidak dapat menerima telepon anda saat ini. Silahkan tinggalkan pesan dan saya akan menghubungi kembali.” Si penelepon menunggu dan berharap supaya orang yang dihubungi tidak lupa untuk menghubunginya. Ketika semestinya menghubungi si penelepon, seseorang biasanya menunda-nunda karena lelah. Dia berujar “nanti saja sebentar lagi”.
Penulis Amsal menggambarkan dirinya melalui ladang seorang pemalas. Tanahnya tertutup jeruju dan temboknya roboh. Menurutnya orang yang malas itu, sama dengan orang yang tidak berakal budi. Pemalas, sebenarnya memiliki ladang yang harus ia kerjakan. Namun ia lebih suka tidur, mengantuk dan berbaring. Inilah sikap menunda-nunda dari seorang pemalas.
Ketika Tuhan memanggil kita, dengan berbagai alasan kita sering membiarkan Tuhan menunggu. Hal ini seolah-olah meninggalkan pesan bahwa kita sedang sibuk dan berjanji akan segera menjawabnya sebentar lagi.
Hal-hal apakah yang menghalangi kita mendengar panggilan-Nya? Tidur, mengantuk atau berbaring? Jangan sampai kita menuai buah dari kemalasan. Berbicaralah kepada Tuhan dan jangan biarkan DIA menunggu. (siscatesalonika)
MENUNDA-NUNDA AKAN MEMBUATMU KETINGGALAN
Selamat pagi dan selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Amsal 24:33
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"
Sebelum maraknya telepon genggam, sarana komunikasi adalah telepon rumah. Seseorang hanya bisa dihubungi selama ia berada di rumah. Jika ia pergi ada mesin penjawab otomatis yang mengatakan: “Maaf, saya tidak dapat menerima telepon anda saat ini. Silahkan tinggalkan pesan dan saya akan menghubungi kembali.” Si penelepon menunggu dan berharap supaya orang yang dihubungi tidak lupa untuk menghubunginya. Ketika semestinya menghubungi si penelepon, seseorang biasanya menunda-nunda karena lelah. Dia berujar “nanti saja sebentar lagi”.
Penulis Amsal menggambarkan dirinya melalui ladang seorang pemalas. Tanahnya tertutup jeruju dan temboknya roboh. Menurutnya orang yang malas itu, sama dengan orang yang tidak berakal budi. Pemalas, sebenarnya memiliki ladang yang harus ia kerjakan. Namun ia lebih suka tidur, mengantuk dan berbaring. Inilah sikap menunda-nunda dari seorang pemalas.
Ketika Tuhan memanggil kita, dengan berbagai alasan kita sering membiarkan Tuhan menunggu. Hal ini seolah-olah meninggalkan pesan bahwa kita sedang sibuk dan berjanji akan segera menjawabnya sebentar lagi.
Hal-hal apakah yang menghalangi kita mendengar panggilan-Nya? Tidur, mengantuk atau berbaring? Jangan sampai kita menuai buah dari kemalasan. Berbicaralah kepada Tuhan dan jangan biarkan DIA menunggu. (siscatesalonika)
MENUNDA-NUNDA AKAN MEMBUATMU KETINGGALAN
Selamat pagi dan selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Komentar
Posting Komentar