Perenungan Pribadi Slamet Priyanto
Perenungan Pribadi:
Dalam masyarakat humanistik kita, orang mengejar banyak cita-cita, menganggap bahwa di dalamnya mereka akan mendapatkan makna. Beberapa cita-cita ini termasuk: kesuksesan bisnis, kekayaan, relasi yang baik, seks, hiburan, berbuat baik kepada orang lain, dsb.
Namun, orang-orang ini justru menceritakan, bahwa saat mereka mencapai impian mereka dalam mengumpulkan kekayaan, relasi dan kesenangan, di dalam diri mereka ada kekosongan yang dalam, perasaan kosong yang tidak dapat dipenuhi oleh apapun.
Penulis kitab Pengkhotbah, Salomo (kanjeng nabi Solaiman), menjelaskan perasaan ini ketika dia mengatakan, 'Kesia-siaan belaka, kesia-siaan belaka, … segala sesuatu adalah sia-sia'
Salomo memiliki kekayaan yang tak terkira, hikmat kebijaksanaan yang melampaui orang-orang pada zamannya maupun zaman sekarang. Dia memiliki ratusan istri, istana dan taman yang menjadikan kerajaan-kerajaan lain cemburu. Makanan dan anggur terbaik, dan segala bentuk hiburan juga sudah ia miliki. Satu saat dia berkata, segala yang diinginkan hatinya telah dikejarnya. Namun kemudian dia menyimpulkan, 'hidup di bawah matahari' (hidup dengan sikap sepertinya hidup itu hanyalah apa yang kita lihat dan rasakan) adalah kesia-siaan belaka.
Tuhan menganugerahkan kita hidup melampaui apa yang kita rasakan dan alami saat ini. Bahwa masih ada hidup sesudah kita mati. Firman Tuhan mengatakannya di kitab Ibrani 9:27 (TB): "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi," (JAWA94) Kaya déné manungsa enggoné pinesthi mati sepisan, lan sawisé kuwi nuli diadili déning Gusti".
Kita yang saat ini hidup, sama-sama tidak tahu seperti apa rasanya dihakimi itu, tetapi yang pasti 'ada' penghakiman itu. Tuhan Yesus Kristuslah (isa Almasih) Hakim Yang Adil, yang hanya kepadaNYA kita percaya.
Doa: "BAPA Sorgawi, kami bersyukur atas hidup ini dan hingga saat ini, ajar kami agar di dalam hidup 'kekinian' kami bermakna untuk menyongsong hidup setelah mati yang hanya sekali itu, amin"
Selamat memasuki hari ini dengan 'memberi arti bagi kehidupan di bawah matahari', Jesus Christ bless you (sp)
"Hidup"
Dalam masyarakat humanistik kita, orang mengejar banyak cita-cita, menganggap bahwa di dalamnya mereka akan mendapatkan makna. Beberapa cita-cita ini termasuk: kesuksesan bisnis, kekayaan, relasi yang baik, seks, hiburan, berbuat baik kepada orang lain, dsb.
Namun, orang-orang ini justru menceritakan, bahwa saat mereka mencapai impian mereka dalam mengumpulkan kekayaan, relasi dan kesenangan, di dalam diri mereka ada kekosongan yang dalam, perasaan kosong yang tidak dapat dipenuhi oleh apapun.
Penulis kitab Pengkhotbah, Salomo (kanjeng nabi Solaiman), menjelaskan perasaan ini ketika dia mengatakan, 'Kesia-siaan belaka, kesia-siaan belaka, … segala sesuatu adalah sia-sia'
Salomo memiliki kekayaan yang tak terkira, hikmat kebijaksanaan yang melampaui orang-orang pada zamannya maupun zaman sekarang. Dia memiliki ratusan istri, istana dan taman yang menjadikan kerajaan-kerajaan lain cemburu. Makanan dan anggur terbaik, dan segala bentuk hiburan juga sudah ia miliki. Satu saat dia berkata, segala yang diinginkan hatinya telah dikejarnya. Namun kemudian dia menyimpulkan, 'hidup di bawah matahari' (hidup dengan sikap sepertinya hidup itu hanyalah apa yang kita lihat dan rasakan) adalah kesia-siaan belaka.
Tuhan menganugerahkan kita hidup melampaui apa yang kita rasakan dan alami saat ini. Bahwa masih ada hidup sesudah kita mati. Firman Tuhan mengatakannya di kitab Ibrani 9:27 (TB): "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi," (JAWA94) Kaya déné manungsa enggoné pinesthi mati sepisan, lan sawisé kuwi nuli diadili déning Gusti".
Kita yang saat ini hidup, sama-sama tidak tahu seperti apa rasanya dihakimi itu, tetapi yang pasti 'ada' penghakiman itu. Tuhan Yesus Kristuslah (isa Almasih) Hakim Yang Adil, yang hanya kepadaNYA kita percaya.
Doa: "BAPA Sorgawi, kami bersyukur atas hidup ini dan hingga saat ini, ajar kami agar di dalam hidup 'kekinian' kami bermakna untuk menyongsong hidup setelah mati yang hanya sekali itu, amin"
Selamat memasuki hari ini dengan 'memberi arti bagi kehidupan di bawah matahari', Jesus Christ bless you (sp)
Komentar
Posting Komentar