Perenungan Pribadi Slamet Priyanto

Perenungan Pribadi:

                "Lumpur"

     Kemarin, Jumat tanggal 2-9-2016 saya dan teman2 seangkatan alumni Undip melakukan perjalanan dengan KA Solo-Lumajang dalam rangka menghadiri pesta pernikahan putra salah satu alumni. Ketika melalui desa Renokenongo dan Kedungbendo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo tempat lumpur panas, yang dikenal Lumpur Lapindo (Lula) atau Lumpur Sidoarjo(Lusi), saya sempatkan melongok ke jendela, karena dari desa itulah sejarah menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc sejak tanggal 29 Mei 2006 hingga kini. Semburan lumpur panas itu menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur, dan diprediksikan lumpur panas itu masih akan menyembur selama 31 tahun.

     Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp.6 triliun.

     Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa dan tak kurang dari 25.000 jiwa diungsikan, 10.426 unit rumah terendam lumpur, 77 unit rumah ibadah, lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi 172,39 ha, 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang. Sekitar 30 pabrik terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak. Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon) Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit, dan masih banyak lagi.

     Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab, dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) baik untuk bahan anorganik maupun bahan organik. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 meter kubik per hari.

     Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan oleh adanya patahan, yang serupa dengan itu misalnya di Madura seperti Gunung Anyar, di Jawa Tengah ada Bledug Kuwu.

     Di KA yang terus melaju itu saya merenungi fenomena alam yang tentu tak lepas dari campur tangan Sang Khalik. Tuhan bisa dan boleh2 saja marah karena keserakahan manusia Indonesia, hingga hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Bisa juga karena kita suka menghakimi, padahal penghakiman dan pembalasannya adalah hakNYA Tuhan (Rom.12:19).

     Tuhan Yesus Kristus berfirman melalui Galatia 6:7 (TB): "Jangan sesat! TUHAN tidak membiarkan diri-NYA dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (JAWA94)  Aja ngapusi awakmu dhéwé. Gusti ora kena digawé geguyon. Saben wong bakal ngundhuh apa sing disebar."
   
     Doa: "BAPA Sorgawi, kami memohon ampun sebagai bangsa Indonedia yang telah berdosa kepadaMU menyebabkan penderitaan rakyat yang tidak tahu apa-apa, amin"

     Selamat berakhir pekan, Jesus Christ bless you (sp)                        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiriman Dari Sahabat Terang Bagi Kota: A.Wirahana.Spdk.Mth

Kriman Sahabat Terang Bagi Kota